Sarang semut (Myrmecodia) merupakan tanaman obat asal Papua, berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit secara alami dan tidak memiliki efek samping. Karena khasiatnya, kini orang mulai mengemas sarang semut ke dalam bentuk makanan olahan seperti minuman atau dijual dalam kondisi kering.
Zaenal Muttaqin, warga sekitar pusat perbelanjaan Roxy Jakarta, adalah salah satu yang merintis penjualan sarang semut. Meski dijalankan sebagai sampingan, Zaenal mengaku bisa buat tambahan pemasukan. “Pemesan biasanya telepon dulu, baru kemudian saya kirim. Biasanya permintaan mereka bervariasi mulai dari sekitar satu ons hingga setengah kilogram,” ujar Zaenal dihubungi per telepon, beberapa hari lalu. Kata Zaenal, keuntungan hasil penjualan walau tidak banyak, sudah cukup membuatnya tidak merengut karena harus mengeluarkan uang lebih besar daripada keuntungannya.
Zaenal mengatakan, ia menjual sarang semut mentah yang sudah diolah dengan harga Rp 35 ribu setiap satu ons atau 100 gram. “Saya sendiri belum pernah menghitung berapa persen dari hasil penjualan itu saya mendapat keuntungan, tapi ya itu, yang jelas tidak terlalu mengecewakan,“ ujar Zaenal yang membeli sarang semut dari wilayah Papua.
Selain dijual dalam bentuk mentah, sarang semut kini juga dijual sebagai bahan makanan olahan seperti dipadukan dengan obat-obatan herbal seperti jinten atau habbatussaudah atau bahkan dijual dalam bentuk serbuk teh. Bahkan sejumlah produsen mulai menjual produk teh sarang semut dalam bentuk kantong-kantong praktis yang beberapa kali celup langsung dibuang.
Vicky Pramita, putri pemilik CV. Kanthil Jaya Kencana yang memroduksi teh sarang semut, menjual teh sarang semut dalam bentuk sachet. “Hasilnya tidak mengecewakan,” ujar Vicky, siangtadi. “Harga jual teh sarang semut satu dusnya isi 25 sachet, harganya Rp 35 ribu. Kita juga menyediakan satu karton berisi 50 dus dengan harga Rp 1,7 juta,” ujar Vicky.
Menurut Vicky, ia memberikan harga yang berbeda bagi mereka yang ingin menjual kembali produk teh sarang semutnya. “Bagi mereka yang menjual kembali, satu dus isi 25 sachet harganya Rp 30 ribu dan satu karton berisi 50 dus, harganya Rp 1,5 juta,” ujar Vicky yang tinggal di Jogjakarta ini. Agar bisa terasa untungnya, Vicky menetapkan jumlah minimal pemesanan untuk wilayah Jogjakarta dan Jawa Tengah adalah 30 dus, sedangkan di luar Jogjakarta dan Jawa Tengah paling tidak 3 karton. “Ini kalau dikonsumsi sendiri, kalau pemesanan untuk dijual kembali ya lain,” ujarnya.
Minimal pemesanan untuk dijual kembali, khusus wilayah Jogjakarta dan Jawa Tengah paling tidak 5 karton, sedangkan luar Jogja dan Jawa Tengah paling tidak 10 karton. Vicky mengatakan, dalam memudahkan konsumen ia menerapkan sistem pembayaran berbeda untuk mereka yang berada di luar Jogja. “Cara pembayaran untuk luar Jogjakarta, 50% transfer bank, 50% saat barang sampai di tempat anda,” ujar Vicky. Vicky mengaku konsumennya memang paling banyak daerah Jawa Tengah dan Jogjakarta karena pabrik produksinya ada di Semarang. “Tapi ada juga di Jawa Timur, paling banyak di Bojonegoro,” ujar perempuan yang membantu ayahnya menjual teh sarang semut ini. “Bahkan produk kami terjual di wilayah Jawa Timur mencapai 400 karton,” ujarnya.
Selain menjual dalam bentuk teh, Vicky juga menerapkan strategi penjualan melalui sistem waralaba atau franchise. “Cukup dengan modal Rp 3 juta, anda akan mendapat berbagai fasilitas, seperti, satu unit both penjualan, satu set peralatan jualan, bahan baku 7 rasa untuk 140 cup, branding cup dan penutupnya, standart banner dan flayer, training karyawan, hak penggunaan merk selama menjadi mitra dan beberapa fasilitas lainnya,” ujar Vicky
Vicky mengaku, sistem penjualan dengan franchise cukup mendongkrak penjualan teh sarang semut khususnya yang siap saji. “Paling tidak keuntungan bisa mencapai Rp 300 ribu per hari,” ujar Vicky yang mengaku produknya telah mengantongi izin Dinas Kesehatan Jawa Tengah No.610332204320. “Kami juga saat ini terus mencari mitra kerja, khususnya di wilayah Jogjakarta dan Jawa Tengah,” ujarnya.
Seperti para pengusaha sektor lainnya, pada awal bisnis sarang semut dan berbagai olahannya diakui memang sangat sulit. Namun seiring dengan, semakin banyak publikasi hasil penelitian terhadap faedah dan khasiat sarang semut bagi kesehatan di samping semakin meningkatnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat, penjualan sarang semut ini juga semakin meningkat. “Beberapa tahun terakhir, penjualan kali tidak pernah menurun malah cenderung naik,” ujar Vicky. Vicky juga mengatakan, kenaikan jumlah permintaan juga salah satunya disumbang oleh pemasangan iklan mereka di internet.
Begitupula halnya dengan Zaenal, warga Jakarta yang bisnis sarang semut. Terlebih sejak ia memasarkan produknya lewat internet. “Malah pembeli saya tidak hanya dari Jakarta, tapi dari beberapa daerah. Kebanyakan mereka tahunya dari internet, pokoknya untungnya lumayanlah,” pungkas Zaenal. (*/Surabaya Post)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar